Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menilik Alasan Kenapa Salat Seseorang Tidak Diterima oleh Allah SWT

Salat merupakan salah satu rukun Islam yang sangat penting. Namun, tidak selamanya salat yang kita lakukan akan diterima oleh Allah SWT. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan salat seseorang tidak diterima oleh-Nya. 

Perkara salat menjadi amalan pertama yang dihisab di akhirat kelak termaktub dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah yang disebutkan juga oleh An Nasa'i. Adapun Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Ta'ala berfirman, 'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.' Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari salat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya." (HR Tirmidzi dan An Nasa'i). Mari kita telaah lebih dalam mengenai hal ini melalui beberapa hadits yang relevan.

Keterangan Hadits Golongan Orang yang Salatnya Tak Diterima Allah SWT

Menukil dari salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Rasulullah SAW dalam haditsnya pernah menyebutkan sejumlah golongan orang yang amalan salat yang dilakukannya sia-sia atau tertolak. Keterangan ini disandarkan dari Ibnu Abbas RA melalui hadits yang dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Misykat Al-Mashobiih. Rasulullah SAW bersabda,

ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ‬

Artinya: "Terdapat tiga kelompok yang salatnya tidak terangkat meskipun hanya sejengkal dari atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah SWT). Ketiga golongan tersebut pertama, orang yang mengimami sebuah kamu akan tetapi kaum itu membencinya. Kedua, istri yang tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya. Ketiga, dua saudara yang saling mendiamkan (memutuskan hubungan)." (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi serupa. Namun, golongan orang ketiga atau dua saudara yang saling memutus persaudaraan diganti dengan redaksi hamba yang lari atau budak yang lari dari tuannya. Berikut adalah bunyi haditsnya:

"Tiga orang yang salatnya tidak naik sampai atas kepala mereka meskipun sejengkal, yaitu lelaki yang menjadi imam namun para makmum membencinya, perempuan yang dibenci oleh suaminya, dan hamba yang lari." (HR Ibnu Majah dari buku Sunan Ibnu Majah Jilid I)

1. Imam yang Dibenci Makmum

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah Jilid 1 menyebutkan makruh hukumnya bila seseorang salat dengan suatu kaum yang sebagian besar mereka tidak menyukainya. Benci yang dimaksud tersebut adalah benci yang disebabkan oleh faktor syar'i atau alasan yang dibenarkan oleh syariat.

Imam Nawawi menyebutkan, ada tiga hal pokok yang menyebabkan sosok imam salat tersebut dibenci yakni bodoh atau tidak paham tata cara, rukun, syarat, atau hal lainnya dalam salat. Kedua fasik atau orang yang secara sengaja melakukan perbuatan dosa berulang dan yang terakhir adalah pelaku bid'ah yang melakukan sesuatu tanpa didasari ajaran Rasulullah SAW.

2. Istri yang Tidur saat Suami Marah

Untuk golongan kedua ini yang dimaksud adalah seorang wanita yang telah berkeluarga lalu suaminya marah karena tidak menjalankan kewajiban sebagai seorang istri. Namun, ada pengecualian untuk hal ini.

Istri yang sedang dalam keadaan uzur atau kondisi tertentu tidak dibebani kewajiban sebagai istri dan tidak pula dikenakan beban seperti yang disebutkan dalam hadits. Hal ini sejalan dengan surah Al Baqarah ayat 222.

3. Dua Bersaudara yang Bermusuhan

Maksud dari dua bersaudara di sini tidak hanya merujuk pada saudara kandung. Namun, setiap umat Islam yang beriman adalah saudara sebagaimana keterangan yang disebutkan dalam surah Al Hujurat ayat 10 di dalam Al-Qur'an. Dengan kata lain, hadits ini mengajak muslim untuk menjalin ukhuwah islamiyah pada sesama muslim.

Mengenal Makna Sebenarnya dari Salat

Salat adalah bentuk ibadah yang membutuhkan khusyuk dan keikhlasan. Tidak hanya sekadar gerakan fisik, salat juga melibatkan hati dan pikiran yang fokus kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghampiri salat dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan..." (An-Nisa: 43).

Dalam rangka memastikan salat kita diterima oleh Allah SWT, kita perlu menjaga keikhlasan dalam niat dan pelaksanaan salat, menghindari gangguan pikiran, memperhatikan waktu salat, menjaga kualitas salat, serta mengampuni sesama manusia. Melalui sikap dan usaha yang tulus, kita dapat berharap agar salat kita menjadi ibadah yang berarti dan diterima di sisi-Nya.

9014244961" data-ad-slot="7625084436" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true">

Continue to Next Post

Code will appear in second