Peran Sayyidah Khadijah dalam Masa Boikot Nabi Muhammad
Sayyidah Khadijah binti Khuwaylid, istri pertama Nabi Muhammad, memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah awal Islam. Salah satu momen penting dalam kehidupan Nabi Muhammad adalah saat beliau dan pengikutnya menghadapi masa boikot yang keras di Mekah. Artikel ini akan membahas peran yang dimainkan oleh Sayyidah Khadijah selama masa boikot tersebut.
Latar Belakang Masa Boikot
Pada masa itu, para pemimpin Quraisy yang tidak menyukai pengajaran dan ajaran baru yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, mencoba untuk menekan dan mempersempit lingkup pengaruh beliau. Mereka mengumumkan boikot terhadap Bani Hashim, klan Nabi Muhammad, serta Bani Al-Muttalib, klan lain yang mendukung Nabi Muhammad. Boikot ini berarti bahwa semua hubungan perdagangan dan sosial dengan klan-klan tersebut dihentikan sepenuhnya.
Awal Mula sampai Akhir Pemboikotan
Peran Sayyidah Khadijah sebagai Pendukung Utama
Sayyidah Khadijah memainkan peran yang krusial selama masa boikot tersebut. Sebagai istri Nabi Muhammad, beliau memberikan dukungan moral dan emosional yang kuat. Khadijah tetap berdiri di samping Nabi Muhammad, meskipun mereka menghadapi penindasan dan kesulitan besar akibat boikot tersebut. Dukungan dan kepercayaan Sayyidah Khadijah memberikan kekuatan dan ketenangan pikiran kepada Nabi Muhammad.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ketujuh kenabian, di mana istri Nabi, Sayyidah Khadijah, dan paman Nabi, Abu Thalib, masih hidup. Keduanya–yang dikenal sebagai pelindung Nabi dari gangguan kaum musyrik-juga ikut terboikot dan tidak dapat berbuat banyak. Meski demikian, Sayyidah Khadijah memiliki peran penting selama masa pemboikotan.
Sayyidah Khadijah telah terdidik dalam keluarga yang terhormat dan serba kecukupan. Keluargnya, Bani Asad, mengetahui kalau rasa lapar akibat pemboikotan kaum kafir Quraisy akan menyakiti Sayyidah Khadijah. Oleh karena itu, mereka berinisiatif mengirimkan sejumlah makanan dan barang-barang yang dibutuhkan lainnya untuk Sayyidah Khadijah. Barang-barang tersebut dikirim seorang budak dengan menggunakan unta pada malam hari, ketika kaum Quraisy sudah terlelap. Sayyidah Khadijah tidak memanfaatkan barang-barang itu sendirian, karena ia membaginya kepada mereka yang lebih membutuhkan.
Merujuk buku Khadijah Ummahatul Mukminin (Ibrahim Muhammad Hasan al-Jamal, 2014), Sayyidah Khadijah –meski tidak secara langsung- juga berperan penting dalam peristiwa penyobekan kertas piagam pemboikotan. Karena dia pula, paku pertama dalam penghancuran piagam pemboikotan diletakkan.
Sumber Penyediaan Makanan dan Kebutuhan Hidup
Selama masa boikot, para pengikut Nabi Muhammad terisolasi dan dipaksa untuk hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka disingkirkan dari masyarakat dan diblokir aksesnya terhadap pasokan makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Sayyidah Khadijah berperan sebagai penyedia makanan dan kebutuhan hidup bagi Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Beliau menggunakan kekayaan pribadinya untuk memastikan bahwa mereka memiliki cukup makanan dan sandang selama masa sulit tersebut.
Perlawanan Terhadap Tindakan Tidak Adil
Sayyidah Khadijah menunjukkan sikap yang luar biasa selama masa boikot tersebut. Meskipun beliau adalah seorang wanita yang tidak terbiasa dengan situasi sulit seperti itu, Khadijah tidak membiarkan dirinya menjadi korban rasa takut atau putus asa. Ia secara aktif melawan tindakan tidak adil yang diterapkan oleh orang-orang Quraisy, yang ingin melemahkan ajaran Islam dan mempersempit pengaruh Nabi Muhammad.
Sumber: Nu Online.